Kamis, 26 November 2009

SEMANGAT BERKORBAN VS MENGORBANKAN

الله أكبر3 لااله الاالله والله أكبر. الله أكبر ولله الحمد. الحمد لله الذي بنعمه تتم الصالحات. وأمرنا بعبادته وتقواه بامتثال المأمورات واجتناب المنهيات. أشهد الا اله الاالله رب المشرق والمغرب ورب العرش والسماوات مدبر كل المجريات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أمره الله بالنحر بعد الصلاة شكرا للنعم والمنات. فالللهم صل وسلم وبارك علي نبي المرحمة والملحمة بعثه الله بأكمل الشرائع رحمة لجميع المخلوقات. أما بعد, فياأيها الناس اتقوالله وعظموا شعائره وذلك من تمام القربات .

Alhamdulillah, kembali Allah SWT mempertemukan kita di tempat yang mulia ini dalam rangka menta’zhimkan syi’ar agamaNya. Bertakbir mengagungkan asmaNya, ruku’ sujud bertaqarrub serta bersyukur atas segala karuniaNya, kemudian akan dilanjutkan dengan menyembelih kurban, sebagai manifestasi ketaatan terhadap perintahNya, meneladani RasulNya serta memperingati peristiwa pengorbanan khalilullah Nabi Ibrahim dan Ismail ’alaihimassalam.

Sesungguhnya ada hubungan yang kuat antara pelaksanaan shalat ‘iedul adha, penyembelihan qurban, dengan eksistensi kita bahkan masa depan kita sebagai umat beriman. Sebagaimana digambarkan dalam Surah al Kautsar:

INNA A’THAINAKA AL KAUTSARA

FASHALLI LIRABBIKA WANHAR

INNA SYANI-AKA HUWAL ABTAR

Surat Al Kautsar sungguh memberi kabar gembira kepada umat akhir zaman. Betapa Allah SWT yang Maha Rahman telah memuliakan junjunan alam Muhammad saw dengan pelbagai karunia ”al kautsar”. Yaitu: al khairul katsir (kebaikan yang banyak), al Islam, al Quran, katsratu al ummah, al itsar, dan ”rif’atul dzikri” di dunia ini kemudian telaga al Kautsar di akhirat kelak. Itu semua sudah Allah karuniakan kepada nabi kita Muhammad saw. Sedang bagi kita selaku ummat beliau, semua itu merupakan ”busyra” kabar gembira, bahwa jika kita memenuhi syaratNya maka semua karunia itu pun disediakan bagi kita. Syaratnya hanya dua saja, yaitu menunaikan shalat karena ”tha’atan wa taqarruban”, dan menyembelih binatang nahar karena ”syukran” atas nikmat Allah yang tak terhitung satuan maupun jumlahnya. Dengan memperbanyak shalat yang juga bermakna do’a dan banyak berkorban (tadlhiyah), nikmat dan karunia dari Allah tidak akan pernah berkurang bagi yang melaksanakannya. Justeru dengan jalan itu, karunia Ilahi akan terus ditambahkan sepanjang jalan shalat dan pengorbanan. Jalan yang memastikan masa depan yang menjanjikan kebaikan, kemajuan dan kebahagiaan.

Allahu Akkbar 3 X walillahilhamd

Tetapi sebaliknya, apabila jalan shalat dan pengorbanan itu tidak ditempuh, karena memperturutkan kemalasan dan kebakhilan, maka Allah tegaskan ”INNA SYAANIAKA HUAL ABTARU”.

Artinya apa, disebabkan keengganan mengikuti sunnah Rasulullah saw berupa penunaian shalat dan kurban, maka ”al abtaru” keterputusan aliran rahmat Allah SWT telah menjadi ketetapan. Suatu gambaran masa depan yang suram, sebab tanpa rahmat Allah maka kegelapan lahir batin telah menanti. Kegelapan individual kemudian kegelapan sosial menjadi tak dapat dihindari. Na’udzubillahi min dzalik..

Ma’asyral Mu’minin wal mukminat akramakumullah

Tadi disebutkan bahwa di antara makna ”al kautsar/karunia yang banyak” itu adalah ”rif’atul dzikri” kedudukan yang tinggi dan sanjungan yang luhur. Itu merupakan resultante yang memang wajar dan logis. Betapa tidak sebab posisi kesyukuran dan pengorbanan itu berada pada anak tangga yang luhur.

- Paling rendah adalah posisi MENGORBANKAN sesama, berarti posisi KEZHALIMAN yang mengantarkan kepada ’ZHULUMAT” kegelapan dunia akhirat, dimana aliran NUR ILAHI dan rahmatNya terputus.

- Posisi di atasnya adalah MEMBIARKAN (EGP) ”Al khudzlan” yang juga dilarang oleh Rasulullah saw. Sikap abai membiarkan sehingga orang lain celaka, meskipun bersifat pasif tapi sesungguhnya termasuk kejahatan kepada sesama.

- Di atasnya posisi INSHAF (fairness/adil). Yaitu berbuat sewajarnya, sebatas menunaikan atau menggugurkan kewajiban agar terhindar dari kezhaliman. Boleh jadi meski positif tapi tidak dikedepankan dengan sepenuh hati.

- Posisi tertinggi adalah TADLHIYAH/BERKORBAN untuk kebaikan sesama atau orang banyak. Tentu saja dasarnya kerelaan yang bukan setengah hati, dan merupakan bentuk keihsanan yang merupakan kelanjutan dari taqwa” TSUMMATTAQAU WA AHSANU” kemudian mereka bertaqwa dan berbuat ihsan. ”WALLAHU YUHIBBUL MUHSININ”. (Al Maidah, 93). Maka hanya cinta Allah yang akan diberikan kepada mereka yang berkorban dan berbuat ihsan.

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Binatang kurban yang disebut udlhiyah atau nahar adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ‘ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ‘ibadah material yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah merupakan ‘ibadah keadaban yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas. Tidak ada ruginya orang yang berudlhiyah dan bertadlhiyah, karena sesungguhnya termasuk dalam kerangka MULTI QURBAN/pendekatan diri dan MULTI INVESTASI.

- Bertadlhiah merupakan multi pendekatan diri/qurban, sebagaimana dinyatakan dalam ikrar seorang muslim yang bertaqarrub kepada Rabbnya melalui shalat : INNA SHALATI WA NUSUKI WA MAHYAYA WA MAMATI LILLAHOI RABBIL ‘ALAMIN LA SYARIKA LAH.

Kita diperintahkan untuk bertaqarrub kepada Maha Pencipta dengan shalat serta ‘ubudiah yang lain, dan bertaqarrub kepada Allah dalam segala aktivitas hidup ini.

- Bertadlhiyah bermakna multi investasi:

- Merupakan investasi sosial (social investment) karena jelas, pengorbanan baik material maupun moral memberikan dampak sosial yang positif. Dalam Al Quran Surah Annisa ayat 114 disebutkan: Bahwa tidak ada kebaikan dalam pembicaraan atau wacana yang diadakan, kecuali untuk mengajak orang bersedekah, memerintahkan yang ma’ruf, atau untuk mendamaikan sengketa di antara masyarakat. Dan barangsiapa melakukan itu karena ridha Allah niscaya berbalas pahala yang besar.

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

- Bertadlhiah meruapakan investasi ekonomi (economic investment). Sebagaimana dinyatakan dalam QS al Lail, ayat 5- 10: “Barangsiapa memberi dan bertaqwa serta membenarkan balasan yang sebaik-baiknya, maka niscaya Kami beri kemudahan demi kemudahan. Dan barangsiapa yang kikir dan merasa tidak memerlukan orang lain serta mendustakan pahala yang lebih baik, maka niscaya Kami bukakan baginya pintu kesulitan”.

- Bertadlhiah juga merupakan bentuk moral investment, yang mampu mengikis kekikiran ” al syuhhu”. Sifat kikir sangat berbahaya, sebagaimana diperingatkan dalam sabda Rasulullah saw:

إياكم والشح ، فانما هلك من كان قبلكم بالشح ، أمرهم بالبخل فبخلوا ، وأمرهم بالقطيعة فقطعوا ، وأمرهم بالفجور ففجروا. (د وابن جرير في تهذيبه ك ق عن ابن عمرو).

Artinya: ”Hati-hati dengan sifat kikir. Sebab sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian diakibatkan kekikiran, sifat kikir telah mendorong mereka untuk berlaku pelit, lalu mendorong mereka untuk memutus silaturahim dan akhirnya telah mendorong mereka melakukan kejahatan”.

- Endingnya, pengorbanan di jalan Allah tentu saja sebagai investasi ukhrawi. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits bahwa ’ibadah orang yang menyembelih binatang kurban sudah diterima Allah sebelum darahnya menetes ke tanah, dan merupakan seutama-utama ’ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Ma’asyiral Muslimin wal muslimat rahimakumullah

Demikian agungnya makna serta pahala udlhiyah, tadlhiyah sebagai wujud pengorbanan untuk memajukan hidup sekaligus mendekatkan diri kepada Allah. Menumbuh kembangkan spirit pengorbanan merupakan bagian mendasar dalam rangka pembentukan karakter masyarakat dan bangsa yang beradab. Seorang pemimpin sejati akan lebih kuat tarikannya pada kekitaan untuk memikirkan masyarakatnya daripada tarikan pada ke akuan untuk semata memikirkan kepentingan diri sendiri. Untuk kemaslahatan kita pemimpin rela mengorbankan akunya jika diperlukan. Demikian halnya dengan negarawan, menempatkan akunya dalam ke kitaaan. Itulah yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah saw, sebagai sosok pemimpin yang datang dari kita ”min anfusikum”, penuh perhatian pada kita ”’azizun ’alaihi ma ’anittum”, selalu konsen kepada kepentingan kita ”harishun ’alaikum”, dan secara adil/proporsional memberi kasih sayangnya kepada semua ”bil mukminina raufurrahim”.

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Namun apa yang kita saksikan dewasa ini. Jiwa pengorbanan pada banyak kalangan telah digeser oleh semangat atau nafsu mengorbankan orang lain. Bahkan sebetulnya bukan orang lain, tapi saudara sebangsa bahkan seprofesi dan seinstitusi. Perhatikan saja kemelut di ranah hukum, dimana para oknum melibatkan tiga lembaga hukum di Republik ini. Perang terbuka di media massa makin membuat rakyat prihatin tetapi juga bingung. Kasus besar yang di-blow up, menggelinding makin ruwet bagai gulungan benang kusut. Analisis secara yuridis dan sosiologis tidak mampu membawa peta masalah makin terang benderang.

Hanya satu pisau analisis yang mampu memosisikan dan memahami masalah yang ada secara mendasar dan tepat. Yaitu analisis mental dan moral manusia. Secara mental ada kerusakan yang serius, yaitu hilangnya kejujuran ”al shidqu”, dan diputusnya ketertautan antara apa yang diperbuat di dunia ini dengan kesadaran terhadap negeri akhirat. Dengan absennya kejujuran maka yang menggantikannya adalah kedustaan ”al kadzibu”. Bermula dari dusta antar personal kemudian berkembang menjadi kedustaan publik bahkan bisa merambah jadi kedustaan institusional. Kalau sudah begitu, tidak ada lagi orang yang mau mengakui kesalahan malah justeru menyalahkan pihak lain, dan ujung-ujungnya mengorbankan pihak lain demi membela akuisme personal atau egoisme lembaga. Pada alur ini cara-cara rekayasa, penjebakan, pengerdilan dan boleh jadi kriminalisasi menjadi pilihan yang dijalani.

Dalam konteks ini Rasulullah saw telah memberikan peringatan dengan sabdanya:

”Hati-hati dengan dusta, sebab dusta akan membawa pada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan menyeret ke naraka. Seseorang berulang kali berdusta hingga terbentuk sifat dan dituliskan sebagai pendusta” (Riwayat Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Egoisme bermula dari ketidak pedulian terhadap sesama, kemudian demi untuk memenangkan diri atau paling banter kolega chemistrinya maka orang menjadi tidak ragu untuk melakukan kedustaan yang tentu saja merugikan/menzhalimi orang lain. Berikutnya orang akan menutupi kebohongan pertama dengan kebohongan-kebohongan berikutnya secara berlapis-lapis. Krisis kejujuran ini menemukan sinergisitasnya dengan meluasnya egoisme di kalangan masyarakat. Egoisme yang kian parah, sanggup melupakan jasa seorang isteri yang berbilang tahun telah memberikan kesetiaannya secara ikhlas, begitu pun sebaliknya. Prahaha rumah tangga hanya buah dari keakuan yang diperturutkan oleh seorang suami atau isteri. Gara-gara egoisme sektoral maka sinergi antar lembaga sosial atau pemerintah akan berantakan, perundingan akan dead lock, yang menjadi konsen masing-masing pihak adalah mencai titik lemah dan melemahkan pihak yang lain.

Egoisme personal atau sektoral jika dikembangkan akan mengemuka dalam tiga sikap yang destruktif, sebagaimana disebutkan dalam Atsar Umar bin Khatthab. Yaitu: ”shuhhun mutha’un” sikap pelit yang menggerus rasa empati terhadap sesama; ”hawan muttaba’un” yakni hawa nafsu selera rendah yang diikuti sehingga makin jauh dari idealisme bahkan kewajaran sekalipun; dan ketiga ”dunyan mu’tsarah” yaitu kepentingan duniawi yang terus dikejar. Dalam konteks itu semua bukan lagi nilai yang menjadi acuan atau norma yang jadi rujukan, melainkan ”i’jabu dzirra’yi bira’yihi” kepongahan orang dalam mempertahankan/membela pendapatnya sendiri. Konsultasi diabaikan dan musyawarah dilecehkan dengan teknik-teknik manipulatif.

Faktor-faktor itu oleh sahabat Umar disebut ”al muhlikat” yakni faktor-faktor penghancur dalam kehidupan masyarakat. Kalau satu dari empat penyakit mental dan moral tersebut sudah merusak, bagaimana jika keempat-empatnya sekaligus telah menimpa kalangan masyarakat kita. Di bawah selimut awan pekat egoisme dan pelbagai bentuk rekayasa dan kebohongan, pesimisme di tengah-tengah masyarakat terus menyeruak melontarkan tanda tanya: masih adakah harapan akan keadilan, kejujuran dan ruang ASA bagi sebuah masa depan yang lebih baik ?

Allahu Akbar 3 X walillahilhamd

Betapapun kita telah banyak berbuat salah pada diri kita, kepada masyarakat serta ma’siat kepada Allah, kembalilah kepada iman di dada agar tetap punya harapan untuk baik. Allah SWT menyeru kita dalam al Quran Surah Azzumar, ayat 53 s/d 55: ”Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya, sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, sebelum datang adazab kepadamu dengan tiba-tiba sedang kamu tidak menyadarinya”.

Mari kita sadari betapa Allah telah memberi kita dengan karuniaNya yang banyak. Sebagai makhluk yang tahu berterima kasih, marilah kita mendekat kepada Allah . Jangan pernah tinggalkan shalat, perbanyak shalat sunat dan syukur nikmat. Mari belajar berempati kepada sesama dengan sebentuk tadlhiyah (pengorbanan), moral dan/atau material. Mari syi’arkan ’idul qurban ini dengan menyaksikan, membantu atau juga menyembelih seekor hewan kurban, demi memenuhi seruan Allah, meneladani Rasulullah, memperingati pengorbanan kekasih Allah Nabi Ibrahim & Ismail ’alaihimassalam, dan untuk belajar berempati terhadap saudara-saudara kita yang kurang mampu.

Seseorang menjadi besar karena jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban. Berkat ruhul badzli wal tadlhiyah wal mujahadah/spirit berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar, bergensi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran serta gensi ummat ini dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan mujahadah pada diri dan keluarga kita.

Do’a:

اللهم أعز الاسلام والمسلمين بعزتك وأذل الشرك والكفر بقوتك وارحم المستضعفين برحمتك

اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا وأصلح لنا دنيانا التي اليها معادنا ...

لااله الا أنت سبحانك إنا كنا من الظالمين

ربنا هب لنا من أزواجنا ...

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ...

Senin, 26 Oktober 2009

SMART IMAGINATION

Detik-detik Terakhir Rasulullah SAW

Pagi itu, meskipun langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku,bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk syurga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Ummar dadanya naik turun menahan napas dan tangis nya. Uthman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba." Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik - detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah,

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” ,Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,”kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?”Tanya Jibril lagi.”Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”. “Jangan khuawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya,” kataJibril.

Detik - detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hinggakaupalingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu. “Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergeraklagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah solat dan santuni orang-orang lemah di antaramu” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku,umatku, umatku” Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.

Kini, mampukah kita mencintanya seperti Rosulullah mencintai kita semua? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wasalim ‘alaihi. wallohu’alam.

Osteoarthritis

Author: Carlos J Lozada, MD, Director of Rheumatology Fellowship Program, Associate Professor, Department of Medicine, Division of Rheumatology and Immunology, Jackson Memorial Medical Center, University of Miami School of Medicine
Coauthor(s): Eli Steigelfest, MD, Consulting Staff, Department of Rheumatology, The Consultant Group, PC
Updated: Apr 28, 2009


Introduction

Background

Osteoarthritis (OA) is the most common articular disease worldwide, affecting over 20 million individuals in the United States alone. Its high prevalence entails significant costs to society. Direct costs of osteoarthritis include clinician visits, medications, and surgical intervention. Indirect costs include such items as time lost from work. Costs associated with osteoarthritis can be particularly significant for elderly persons, who face potential loss of independence and who may need help with daily living activities. As the populations of developed nations age over the next few decades, the need for better understanding of osteoarthritis and for improved therapeutic alternatives will continue to grow.

Pathophysiology

Traditionally, osteoarthritis has been considered a disease of articular cartilage. The current concept holds that osteoarthritis involves the entire joint organ, including the subchondral bone and synovium.

Osteoarthritis has always been classified as a noninflammatory arthritis; however, increasing evidence has shown that inflammation occurs as cytokines and metalloproteinases are released into the joint. Therefore, the term degenerative joint disease is no longer appropriate when referring to osteoarthritis.

Osteoarthritis predominantly involves the weight-bearing joints, including the knees, hips, cervical and lumbosacral spine, and feet. Other commonly affected joints include the distal interphalangeal (DIP) and proximal interphalangeal (PIP) joints of the hands.

Cartilage is grossly affected. Focal ulcerations eventually lead to cartilage loss and eburnation. Subchondral bone formation also occurs, with development of bony osteophytes.

Frequency

United States

Osteoarthritis affects over 20 million individuals in the United States. Based on the radiologic definition of osteoarthritis, more than half of adults older than 65 years are affected.

International

Osteoarthritis is the most common articular disease. Estimates vary among different populations.

Mortality/Morbidity

  • The disease progression of osteoarthritis is characteristically slow, occurring over several years or decades.
  • Pain is usually the initial and principal source of morbidity in osteoarthritis. The patient can become progressively less active, leading to morbidities related to decreasing physical activity (including potential weight gain).

Race

The prevalence of osteoarthritis differs among different ethnic groups. Knee osteoarthritis appears to be more common in African American women than in other groups.

Sex

  • The likelihood of developing osteoarthritis increases with age. The disease is equally common among men and women aged 45-55 years. After age 55 years, the disease becomes more common in women.
  • DIP and PIP joint involvement that results in Heberden and Bouchard nodes is more common in women.

Age

  • Osteoarthritis can be defined epidemiologically (ie, using radiographic criteria) or clinically (eg, radiography findings plus clinical symptoms). Based on radiographic criteria, osteoarthritis occurs in 30% of affected individuals aged 45-65 years and in more than 80% by their eighth decade of life, although most are asymptomatic.

Clinical

History

  • Pain
    • Pain is the main reason persons with osteoarthritis (OA) seek medical attention.
    • Initially, symptomatic patients incur pain during activity, which can be relieved by rest and may respond to simple analgesics.
    • Morning joint stiffness usually lasts for less than 30 minutes.
    • Stiffness during rest (gelling) may develop.
    • Joints may become unstable as the osteoarthritis progresses; therefore, the pain may become more prominent (even during rest) and may not respond to medications.

Physical

  • Physical examination findings are mostly limited to the affected joints.
    • Malalignment with a bony enlargement (depending on the disease severity) may occur.
    • Most cases of osteoarthritis do not involve erythema or warmth over the affected joint(s); however, an effusion may be present.
    • Limitation of joint motion or muscle atrophy around a more severely affected joint may occur.
  • Sources of pain in osteoarthritis include the following:
    • Joint effusion and stretching of the joint capsule
    • Increased vascular pressure in subchondral bone
    • Torn menisci
    • Inflammation of periarticular bursae
    • Periarticular muscle spasm
    • Psychological factors
    • Crepitus (a rough or crunchy sensation) may be palpated during motion of an involved joint.

Causes

  • Risk factors of osteoarthritis include the following:
    • Increasing age
    • Obesity
    • Female sex
    • Trauma
    • Infection
    • Repetitive occupational trauma
    • Genetic factors
    • History of inflammatory arthritis
    • Neuromuscular disorder
    • Metabolic disorder
  • The etiopathogenesis of osteoarthritis has been divided into the following 3 stages:
    • Stage 1: Proteolytic breakdown of the cartilage matrix occurs. Chondrocyte metabolism is affected, leading to an increased production of enzymes, which includes metalloproteinases (eg, collagenase, stromelysin) that destroy the cartilage matrix. Chondrocytes also produce protease inhibitors, including tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMP) 1 and 2 but in amounts insufficient to counteract the proteolytic effect.
    • Stage 2: This stage involves the fibrillation and erosion of the cartilage surface, with a subsequent release of proteoglycan and collagen fragments into the synovial fluid.
    • Stage 3: The breakdown products of cartilage induce a chronic inflammatory response in the synovium. Synovial macrophage production of cytokines, such as interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor-alpha, and metalloproteinases, occurs. These can diffuse back into the cartilage and directly destroy tissue or stimulate chondrocytes to produce more metalloproteinases. Other pro-inflammatory molecules (eg, nitric oxide [NO], an inorganic free radical) may also be a factor. Eventually, these events alter the joint architecture, and compensatory bone overgrowth occurs in an attempt to stabilize the joint. As the joint architecture is changed and further mechanical and inflammatory stress occurs on the articular surfaces, the disease progresses unchecked.

Differential Diagnoses

Rhinosporidiosis

Other Problems to Be Considered

Osteoarthritis (OA) can usually be diagnosed on clinical grounds. The history and physical examination findings are sufficient. Radiographic findings confirm the initial impression (see Imaging Studies), and laboratory values are typically within the reference range. The initial goal is to differentiate osteoarthritis from other arthritides (eg, rheumatoid arthritis).

Rheumatoid arthritis predominately affects the wrists and the metacarpophalangeal (MCP) and PIP joints. Rheumatoid arthritis rarely, if ever, involves the DIP joints or lumbosacral spine. Rheumatoid arthritis is associated with prominent prolonged (>1 h) morning stiffness. Radiographic findings of rheumatoid arthritis include bone erosion (eg, periarticular osteopenia, marginal erosions of bone) rather than formation. Laboratory findings that further differentiate rheumatoid arthritis include systemic inflammation, positive rheumatoid factor results, joint fluid with polymorphonuclear cell predominance, and a substantially elevated WBC count.

Clinical history and characteristic radiographic findings can be used to differentiate spondyloarthropathy from sacroiliac and lumbosacral spine involvement.

Secondary osteoarthritis must be considered in individuals with chondrocalcinosis, joint trauma, metabolic bone disorders, hypermobility syndromes, and neuropathic diseases.

Reactive arthritis is another problem that may be considered.

Workup

Laboratory Studies

  • No specific laboratory abnormalities are associated with osteoarthritis (OA).
    • Levels of acute-phase reactants and erythrocyte sedimentation rate are within the reference range.
    • Synovial fluid analysis usually indicates a WBC count below 2000/µL with a mononuclear predominance.

Imaging Studies

  • Radiography
    • Conduct imaging studies of the affected joint.
    • The presence of osteophytes (ie, spurs at the joint margins) is the most characteristic findings.
    • Other findings in osteoarthritis include asymmetric joint-space narrowing, subchondral sclerosis, and subchondral cyst formation.
    • Roentgenographic findings are often poor predictors of the degree of symptomatology in a particular patient.

Procedures

Arthrocentesis of the affected joint can help exclude inflammatory arthritis, infection, and/or crystal arthropathy.

Histologic Findings

Histologically, the earliest changes occur in the cartilage. Proteoglycan staining is diminished, and, eventually, irregularity of the articular surface with clefts and erosions occurs.

Treatment

Medical Care

Nonpharmacologic interventions are the cornerstones of osteoarthritis (OA) therapy and include patient education, temperature modalities, weight loss,1 exercise, physical therapy, occupational therapy, and joint unloading in certain joints (eg, knee, hip).

  • Reduction of joint stress
    • Instruct the patient to avoid aggravating stress to the affected joint.
    • Implement correction procedures if the patient illustrates poor posture.
    • Encourage obese patients to lose weight, thus relieving stress on the affected knees or hips.
    • Occupational adjustments may be necessary.
  • Physical therapy
    • Osteoarthritis of the knee may result in disuse atrophy of the quadriceps. These muscles help protect the articular cartilage from further stress.
    • Instruct the patient to perform aerobic and muscle-strengthening exercises.
    • Chaipinyo and Karoonsupcharoen (2009) found no significant difference between home-based strength training and home-based balance training for knee pain caused by osteoarthritis. However, more improvement was noted in the strength group in terms of knee-related quality of life (improved 17 points out of 100 [95% CI, 5-28] more than the balance group).2
    • Hydrotherapy may be beneficial.
    • Some patients with osteoarthritis benefit from heat and capsaicin cream placed locally over the affected joint, and a minority of patients report relief with ice.3
  • Pharmacologic therapy
    • The goals of osteoarthritis treatment include pain alleviation and improvement of functional status. Presently, no practical medication-based disease or structure-modifying intervention has been proven.
    • Begin treatment with acetaminophen for mild or moderate pain without apparent inflammation.
    • If the clinical response to acetaminophen is not satisfactory or if the clinical presentation is inflammatory, consider nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAIDs). Use the lowest effective dose or intermittent dosing if symptoms are intermittent and then try full doses if the patient's response is insufficient.
    • Options in patients at an elevated risk for GI toxicity due to NSAIDs include the addition of a proton-pump inhibitor or misoprostol to the treatment regimen or the use of a selective cyclooxygenase inhibitor instead of the nonselective NSAID.
    • In patients with highly resistant pain, consider the analgesic tramadol.
    • Muscle relaxants may benefit patients with evidence of muscle spasm.
    • Contemplate intra-articular injections of glucocorticoids to improve symptoms. No more than 4 glucocorticoid injections should be administered to a single joint per year because of the risk of long-term damage to cartilage. Systemic glucocorticoids have no role in the management of osteoarthritis. Intra-articular injections of hyaluronic acid (HA) are approved as symptomatic therapy of osteoarthritis in the knee. Prescribe as a series of 3 or 5 injections (depending on the product). Each injection is administered one week apart.
    • Judicious use of narcotics (eg, acetaminophen with codeine) is reserved for patients with severe osteoarthritis.

Surgical Care

  • Joint lavage: Closed-needle joint lavage may benefit a small subgroup of patients with osteoarthritis.
  • Arthroscopy: Arthroscopy may help patients with osteoarthritis of the knee that in whom imaging reveals specific structural damage (eg, for repairing meniscal tears, removing fragments of torn menisci that are producing symptoms). Overall, arthroscopy is not recommended for nonspecific "cleaning of the knee" in osteoarthritis.
  • Osteotomy
    • Consider this procedure in patients with a malaligned hip or knee joint.
    • The procedure is usually recommended in younger patients with osteoarthritis.
    • Osteotomy can lessen the pain, although it can lead to more challenging surgery later if the patient requires arthroplasty.
  • Arthroplasty
    • Perform this procedure if all other modalities are ineffective and osteotomy is not viable or if a patient cannot perform his or her daily activities despite maximal therapy.
    • This procedure alleviates pain and may improve function. Approximately 8-15 years of viability are expected from the joint replacement in the absence of complications.

Consultations

  • A physiatrist may help in formulating a nonpharmacologic management plan.
  • A referral to an orthopedic surgeon may be necessary if the osteoarthritis fails to respond to a medical management plan.
  • A nutritionist may help the patient lose weight.

Diet

A diet to achieve some degree of weight loss may be beneficial.

Activity

Osteoarthritis may severely hinder the patient's ability to work or even to perform daily living activities, depending on the joints involved and the degree of involvement.

Medication

The goals of pharmacotherapy are to reduce morbidity and to prevent complications. Pay careful attention to a particular pharmacologic regimen's adverse-event profile.

Analgesic agents

Pain control is essential in the management of osteoarthritis (OA). The goals of treatment include pain alleviation and improvement of functional status. Currently, disease/structure-modifying intervention has been proven

Acetaminophen (Tylenol, Panadol, Aspirin-Free Anacin)

Initial trial warranted in patients with mild-to-moderate symptoms from osteoarthritis who fail to get sufficient relief with nonpharmacologic measures. DOC for patients with documented hypersensitivity to aspirin or NSAIDs, history of upper GI disease, or on anticoagulants.

Adult

1000 mg PO tid/qid; not to exceed 4 g/d

Pediatric

Disease state not seen in pediatrics

Rifampin may reduce analgesic effects; coadministration with barbiturates, carbamazepine, hydantoins, and isoniazid may increase hepatotoxicity

Documented hypersensitivity

Pregnancy

B - Fetal risk not confirmed in studies in humans but has been shown in some studies in animals

Precautions

Hepatotoxicity can occur with various dose levels in persons with chronic alcoholism; severe or recurrent pain or high or continued fever may indicate a serious illness; contained in many OTC products, and combined use with these products may result in cumulative doses exceeding recommended maximum dose/d

Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)

These agents have analgesic, anti-inflammatory, and antipyretic activities. They are used for to relieve osteoarthritis pain when the clinical response is unsatisfactory to acetaminophen. The mechanism of action is nonselective inhibition of cyclooxygenases 1 and 2, resulting in reduced synthesis of prostaglandins and thromboxanes. Other mechanisms may also exist, such as inhibition of leukotriene synthesis, lysosomal enzyme release, lipoxygenase activity, neutrophil aggregation, and various cell-membrane functions.

In more inflammatory presentations of osteoarthritis, such as knee involvement with effusion, these agents may be used as first-line pharmacologic therapy.

Use the lowest effective dose or intermittent therapy if symptoms are intermittent.

Patients at high risk for GI toxicity may consider adding misoprostol or a proton pump inhibitor to the regimen or substituting a COX-2–specific inhibitor for the NSAID.

Ibuprofen (Ibuprin, Advil, Motrin)

Relieves pain and inflammation. Widely available. Relatively inexpensive as a generic drug.

Adult

400 mg PO tid prn; not to exceed 2400 mg/d

Pediatric

Disease state not seen in pediatrics

May decrease effects of loop diuretics; coadministration of anticoagulants may increase PT (monitor and watch for signs of bleeding); may increase serum lithium levels and risk of methotrexate toxicity; probenecid may increase toxicity of NSAIDs

Documented hypersensitivity to ibuprofen, other NSAIDs, or aspirin; avoid in peptic ulcer disease, recent GI bleeding or perforation, renal insufficiency, and high risk of bleeding

Pregnancy

B - Fetal risk not confirmed in studies in humans but has been shown in some studies in animals

D - Fetal risk shown in humans; use only if benefits outweigh risk to fetus

Precautions

Caution in congestive heart failure, hypertension, decreased renal and hepatic function, anticoagulation abnormalities, or during anticoagulant therapy; adjust dose in renal insufficiency
NSAID labeling carries a warning about increased risk of hypertension, stroke, and cardiovascular events, including myocardial infarction

Meloxicam (Mobic)

To some extent, more selective for COX-2 receptors, compared to traditional NSAIDs. Decreases activity of cyclooxygenase, which in turn inhibits prostaglandin synthesis. These effects decrease formation of inflammatory mediators.

Adult

7.5 mg PO qd prn; may increase to 15 mg PO qd prn

Pediatric

Not established

Coadministration with aspirin increases risk of inducing serious NSAID-related adverse effects; probenecid may increase concentrations and, possibly, toxicity of NSAIDs; may decrease effect of hydralazine, captopril, and beta-blockers; may decrease diuretic effects of furosemide and thiazides; may increase PT when taking anticoagulants (instruct patients to watch for signs of bleeding); may increase risk of methotrexate toxicity; phenytoin levels may be increased when administered concurrently

Documented hypersensitivity; active GI bleeding

Pregnancy

C - Fetal risk revealed in studies in animals but not established or not studied in humans; may use if benefits outweigh risk to fetus

D - Fetal risk shown in humans; use only if benefits outweigh risk to fetus

Precautions

Acute renal insufficiency, hyperkalemia, hyponatremia, interstitial nephritis, and renal papillary necrosis may occur; increases risk of acute renal failure in patients with preexisting renal disease or compromised renal perfusion; reversible leukopenia may occur, (discontinue if there is persistent leukopenia, granulocytopenia, or thrombocytopenia)
NSAID labeling carries a warning about increased risk of hypertension, stroke, and cardiovascular events, including myocardial infarction

COX-2 inhibitors

Although increased cost can be a negative factor, the incidence of costly and potentially fatal GI bleeds is less in nonaspirin users receiving COX-2 inhibitors than with traditional NSAIDs.

Celecoxib (Celebrex)

COX-2–specific inhibitor. At therapeutic concentrations, COX-2 (inducible by cytokines at sites of inflammation such as the joints) is inhibited and COX-1 isoenzyme (present in platelets and GI tract) is spared; therefore, in nonaspirin users, incidence of GI toxicity, such as endoscopic peptic ulcers, bleeding ulcers, perforations, and obstructions, is decreased when compared to nonselective NSAIDs. COX-2 is expressed in the kidney; however, the renal safety profile is not significantly superior to that of NSAIDs.

Adult

100 mg PO bid or 200 mg PO qd

Pediatric

Disease state not seen in pediatrics

Coadministration with fluconazole may cause increase in celecoxib plasma concentrations because of inhibition of celecoxib metabolism; coadministration of celecoxib with rifampin may decrease celecoxib plasma concentrations

Documented hypersensitivity to celecoxib, sulfonamides, NSAIDs or aspirin

Pregnancy

C - Fetal risk revealed in studies in animals but not established or not studied in humans; may use if benefits outweigh risk to fetus

Precautions

Avoid in late pregnancy to avoid closure of ductus arteriosus; may cause fluid retention and peripheral edema; caution in compromised cardiac function, hypertension, conditions predisposing to fluid retention, presence of existing controlled infections, severe heart failure and hyponatremia because may deteriorate circulatory hemodynamics; NSAIDs may mask usual signs of infection; evaluate symptoms suggesting liver dysfunction or in abnormal liver lab results; adjust dose in renal insufficiency
NSAID labeling carries a warning about increased risk of hypertension, stroke, and cardiovascular events, including myocardial infarction


Follow-up

Deterrence/Prevention

  • Overweight patients who have early signs of osteoarthritis (OA) or who are at high risk should be encouraged to lose weight.
  • Recommend quadriceps-strengthening exercises in patients with osteoarthritis of the knees, except in those with pronounced valgus or varus deformity at the knees.

Prognosis

The prognosis of osteoarthritis depends on joints involved and severity. No proven disease/structure-modifying drugs for osteoarthritis currently exist; thus, the medication-based regimen is directed at symptom relief.

Patient Education

  • Educate the patient on the natural history of and management options for osteoarthritis. Explain the differences between osteoarthritis and other more rapidly progressive arthritides such as rheumatoid arthritis.
  • For excellent patient education resources, visit eMedicine's Arthritis Center. Also, see eMedicine's patient education article Osteoarthritis.

Miscellaneous

Medicolegal Pitfalls

  • The risk of medications used to treat osteoarthritis (OA) include, but are not limited to, GI toxicities and potential cardiac toxicities of NSAIDs and potential complications of arthrocentesis. Discuss these risks with the patient.
  • Complete a procedure note in the patient's chart for each arthrocentesis.